Minggu, 28 Agustus 2011

mudik

"Lo mudik ga?"
"Lo mudik kpn?"
"Mudik kemana sih?"
Mudik mudik dan mudik.. Ya kira-kira kata dan pertanyaan-pertanyaan ini yang paling sering ditanyakan ke gue dan pasti ke berjuta-juta pendatang lainnya di ibukota super sumpek ini pada saat-saat menjelang hari raya seperti ya sekarang ini. Apa sih mudik? Sebagian besar orang pasti pahamnya mudik ya pulang kampung, pulang ke tanah kelahiran atau pulang ke tempat dimana kita dibesarkan. Suatu tradisi besar yang pasti dilakoni setiap tahun di negara kita tercinta ini lengkap dengan segala cerita suka dukanya. Bagi gue pribadi sih mudik bisa kemana aja selama gue menuju ke tempat dimana keluarga gue berada, ga peduli bukan tanah kelahiran, ga peduli bukan tempat gue dibesarkan atau tempat-tempat tertentu lainnya yang memiliki keterikatan emosi dengan gue. Sebagai kaum pendatang, mudik merupakan event tahunan yg ditunggu-tunggu tentunya selain hari raya keagamaan, taon baru, gajian dan THR-an #eeaaa <-- kalo yg ini bukan pendatang juga ngarep, 'tul gak? :D .

Dan sama halnya seperti taon-taon sebelumnya banyak kisah dari orang-orang di lingkaran kehidupan gue yang notabene banyak dari mereka adalah kaum pendatang yang pengen gue ceritain. Sebut saja si "S" temen dari masa seragam putih biru yang tinggalnya berdekatan di kampung nan jao dimato sana yang akhirnya sama-sama berpetualang di ibukota (gue bagusin kalimatnya berpetualang dibanding gue pake kalimat mengais rejeki, biar lebih dramatis dan agak elitan kesannya, hahaha), demi mudik setiap hari dia rela menjadi "call center airlines", dijuluki demikian dikarenakan setiap hari baik pagi, siang dan sore kerjaannya browsing dan menelepon berbagai airlines buat ngecek tiket paling murah, ya bener sebagai seorang pemudik yang baik dan budiman, konon tiket murah adalah jarum yang dicari dan harus ditemukan dalam tumpukan jerami. Dan bukan hanya si "S", tahun-tahun sebelumnya gue dan beberapa temen sekampung juga sudah pernah melakoni drama call center ini, hanya saja si "S" ini yang paling gencar dan tanpa lelah setiap tahunnya, kalo gue belakangan lebih melakoni drama pemudik untung-untungan, dapet murah untung, dapet mahalan dikit ya untung juga asalkan mudik. Beda lagi dgn si "F", teman seatap dimana gue bernaung di langit berkabut ibukota ini, kampungnya yang masih di Pulau Jawa dan merupakan tujuan wisata akhir pekan bagi masyarakat Jakarta terbilang cukup santai menghadapi mudik, mungkin karena kota kelahirannya itu gampang dicapai dengan berbagai metode transportasi dan tentunya dengan berbagai pilihan yang cukup murah dibandingkan dengan kami kaum pendatang dari Indonesia Timur yang sudah jelas merupakan daerah dgn harga tiket pesawat termahal di tanah air, ya gak ngelupain juga betapa dia bisa mudik hampir setiap bulan saking dekat dan murahnya biaya mudik. Bahkan saking santainya teman saya itu tidak memiliki persiapan apa pun, katanya "kebanyakan yg ada di Jakarta disana juga ada Ted", dan satu tas backpack mini pun sudah cukup untuk mengisi semua keperluannya, yang kocak adalah semalem gue dapet sms "Ted tolong liatin kamar gue udh dikonci apa belom" *jiaaaaaaaahhhhhhhhh

Ngomongin tentang kampung yg berlokasi di Indonesia Timur, gue dan beberapa temen lainnya kadang suka becanda "klo tau harga tiket pesawat ke kampung semahal ini mending kampung gue pindah ke Singapur aja sekalian! Tiketnya lebih murah!!". Oh ya sekedar sharing aja, sekali waktu pas arus balik ke Jakarta gue pernah dapet tiket seharga IDR 4.500.000 one way. Iya benar, itu one way loh, untungnya nalar call center gue jalan terus waktu itu dan gue akhirnya dapet cancel-an seat seharga IDR 2.500.000 *masih tetep mahal kaaann? #nangisdarah

Balik ke soal mudik, pesatnya sarana informasi sekarang ini terutama jejaring sosial itu bikin bete pas musim mudik ini, baik Facebook, Twitter, Foursquare, SocialScope, dan lain sebagainya. Kenapa bikin bete? Karena orang-orang mudik udah kayak selebritis, lagi di terminal bis ini tulis status di FB, lagi di airport ga lupa check-in FourSquare, belom lagi twit-twit tanpa jeda mengenai aktifitas mudik, "Otw Soetta", "Touchdown kota A", "I'm home", dan seterusnya dan seterusnya. Trus kenapa gue bisa bete? Ayo tebak dong!!!

Ya elo yang baca sambil mulai menyeringai! Lo yang bener!!! Gue GAK MUDIK!!! #nangisbombaydipojokan. Akhirnya setelah bertaon-taon selalu mudik, kali ini gue enggak mudik untuk yang pertama kalinya! Sedih udh pasti, ya gmn enggak, kosan udah sepi, mbak2nya udah pada balik alamat gue nyuci baju sendiri, malam takbiran sendirian dan gue ga bisa makan kue mentega ampe mabok pas hari raya-nya *huwaaaaaaaaaaaaaaa #makinkencengnangisnya. Sebenernya yg paling menyedihkan ya ga bisa kumpul sama keluarga, ga bisa makan masakan nyokap, ga bisa pelukin ponakan-ponakan, ga bisa ngobrol panjang lebar ama kakak, dan ga bisa salaman dan minta maaf langsung ama bokap nyokap :'(

Pait emang, cuman mo gimana lagi? I made a wrong financial decision *sigh. Ini baru bilang manusia berencana Tuhan yang menentukan, ga papa toh ini juga proses pendewasaan *prett cuihhh. Well anyway, untungnya di ibukota ini gue masih punya sodara, sepupu tepatnya dimana gue bakal menghabiskan hari pertama Lebaran bersama keluarganya dan konon katanya gue bakal diajak keliling ke keluarga-keluarga yang lain untuk silaturahmi, ini alamat pasang senyum dan setting mood ke mode "ramah" seharian secara tiap ada acara keluarga gue ga pernah nongol.

Jadi bagi yang udh pada mudik, selamat bersenang-senang yaaaa
Yg ga pernah ngerasain mudik, skali-skali dicoba atuh mudik ke kampung orang biar eksisssss

Akhir kata, gue mo ngucapin selamat menyambut Lebaran buat yang ngerayain, yg ga ngerayain ya wess selamat bertamu dan hajarlah nastar-nastar dan kastengel itu! Mohon maaf klo ada tulisan-tulisan gue yang kurang berkenan, ini msh bulan puasa loh, ga baik klo ga maafin :p

Minal aidin ya semuanya... Happy Ied Mubarak 1432H

Tidak ada komentar:

Posting Komentar